Kenapa Langit Gelap Saat Malam Hari? Berikut Penjelasannya
Jakarta - Langit malam kerap dihiasi bintang-bintang dan bulan, namun mengapa ia
tetap tampak gelap? Pertanyaan tersebut merupakan salah satu teka-teki
tertua dalam astronomi. Meski demikian, teka-teki tersebut bukannya
tanpa jawaban.
Dalam buku Room: 10 Points You Should Know, Dr. Becky Smethurst,
astronom dan penulis buku tersebut, menjelaskan fenomena langit malam
yang tampak gelap.
Dilansir dari BBC Scientific research Focus Magazine,
penjelasan mengenai langit malam yang gelap dipopulerkan oleh seorang
dokter sekaligus astronom asal Jerman, Heinrich Olbers. Olbers
merumuskan penjelasannya yang dinamai berdasarkan namanya, yakni
paradoks Olbers atau paradoks langit gelap.
Satu versi mengatakan, debu di antara bintang-bintang dan mungkin di
antara galaksi-galaksi menghalangi cahaya dari objek yang jauh sehingga
membuat langit malam tampak gelap.
Namun, cahaya yang jatuh pada debu akan memanaskannya sehingga akan
bersinar seterang sumber cahayanya.
Dilansir dari Scientific American,
versi lain yang diusulkan untuk menjawab pertanyaan ini adalah bahwa
pergeseran yang luar biasa dari galaksi-galaksi jauh, pemanjangan
panjang gelombang cahaya yang dipancarkan karena perluasan alam semesta,
akan memindahkan cahaya dari jangkauan yang terlihat ke inframerah yang
tidak terlihat.
Jika penjelasan ini benar, sinar ultraviolet dengan panjang gelombang
yang lebih pendek juga akan bergeser ke kisaran yang terlihat. Resolusi
terbaik untuk paradoks Olbers saat ini memiliki dua bagian. Pertama,
jika alam semesta besar dan usianya tak terhingga.
Titik ini sangat penting karena cahaya bergerak dengan kecepatan
terbatas, meski sangat cepat. Kita dapat melihat sesuatu hanya jika
cahaya yang dipancarkannya sempat mencapai kita. Ketika jarak meningkat,
waktu word play here tertunda.
Misal, astronot di Bulan mengalami penundaan waktu 1,5 detik dalam
komunikasi mereka dengan Mission Control karena sinyak radio butuh waktu
untuk melakukan perjalanan Bumi-Bulan.
Banyak astronom yang sepakat bahwa alam semesta diperkirakan berusia 10
atau 15 miliar tahun. Dengan demikian, jarak maksimum manusia dapat
menerima cahaya adalah 10 atau 15 miliar tahun cahaya. Jadi, bahkan jika
ada galaksi yang lebih jauh, cahaya mereka belum sempat mencapai
manusia.
Kedua, jawabannya terletak pada kenyataan bahwa bintang dan galaksi
tidak berumur panjang. Pada akhirnya, mereka akan redup.
Efek ini dapat
dilihat lebih cepat di galaksi terdekat berkat waktu perjalanan cahaya
yang lebih pendek. Jumlah dari efek-efek ini adalah semua kondisi untuk
menciptakan langit yang cerah tidak pernah terpenuhi.
Cahaya dari bintang atau galaksi pada semua jarak tidak bisa dilihat
sekaligus, baik cahaya dari objek yang paling jauh yang jika sudah
mencapai akan terbakar habis dan gelap karena begitu banyak waktu yang
harus berlalu.
Komentar
Posting Komentar